Rabu, 14 November 2007
Barat kaya akal miskin khayal, Timur kaya khayal miskin akal
Dilarang kita semata-mata menuruti akal, karena akal pun meminta pertolongan kepada pembantunya sendiri, yaitu pancaindra.
"Jangan engkau buat Aku jadi patung, jangan engkau beri bentuk Aku!"
Di dalam kitab suci tua 'Upanisad' terlukislah soal jawab antara Arjuna dengan Kresna. Nampak di sana lukisan khayal, memandang hidup dalam kesatuannya tadi.
Yang lain hanyalah 'maya' belaka, wujud yang fana ke dalam ujud yang baqa. Dan tidaklah sampai insan meningkat bukit itu kecuali apabila ia meniadakan dirinya (fana) menunjukkan akalnya ke dalam khayal.
"Itulah yang sebenarnya ada," kata Buddha Gautama. Tujulah ke sana supaya tercapai olehmu Nirwana."
"Itulah dia Tao," kata Lao Tze.
"Itulah dia kerajaan yang akan datang, itulah dia Bapa yang di syurga," kata Yesus Kristus.
"Tiada Tuhan melainkan Dia," kata Muhammad.
Dan semuanya itu terlukislah sudah pada ma'bad (rumah persembahan) di Kharnak (Mesir) dengan nama 'Ra'. Semuanya itu terlukislah sudah dalam khayal hokum Hamurabbi.
Terlukislah sudah pada puncaknya piramid, yang tersusun teratur dari bawah sampai ke puncaknya menghadap langit dengan bentuk satu noktah. Melambangkan artinya: "ke sanalah tujuan sebenarnya." Dan di samping piramid tidurlah Sphinx (Aboul Houl), sekerat ke bawah ialah binatang, dan sekerat ke atas ialah manusia. Yang sekerat ke bawah itu adalah melambangkan akal dengan segala pembantunya dan bakatnya yang merunjutkannya ke bumi dan sekerat ke atas adalah melambangkan Insan yang membawanya menghadapi hidup karena khayalnya.
Tuan tercengang, ternganga, memikirkan Darwin yang baru datang kemaren membawa teori 'evolusi'. Akan beransur padamlah lilin kecengangan itu bila tuan renungi kembali Sphinx itu.
Bahagialah bangsa Yunani atau berbahagialah bangsa Barat sekarang ini, kerana Thales telah terlebih dahulu belayar ke Timur, mengharungi lautan besar, bermain khayal dalam deburan ombak lalu timbullah permulaan kebangkitan menyelidik. Maka lahirlah kesimpulan mereka: "Asal segala sesuatu adalah air".
Dari tuntutan khayal yang kaya itu, seluruh Timur dengan pimpinan Nabinya telah mempergunakan akal, memuja suatu yang ditunjukkan khayal itu. Dalam segala bekas tangan dalam jambangan bunga, dalam ma'bad, dalam upacara dan perlambangan, keagamaan, nampaklah keindahan khayal.
Kesudahannya entah kerana kurang periksa atau kurang imbangan, berkacaulah di antara turak dan suri. Kusutlah benang, maka salahlah ragi kain.
Membekulah peribadatan dan persembahan karena pecah berderai himpunan khayal kepada yang Satu. Alat telah menjadi tujuan, rumus telah menjadi ganti dari yang dirumusi. Pindah pujaan kepada barang kepada batu kepada kayu kepada kubur.
Khayal telah ditinggalkan oleh akal. Ke mana-mana kita berjalan, terdengar nama Allah disebut orang. "Astaghfirullah, Subhanallah, Alhamdulillah." Allah menjadi buah mulut tetapi hanya dari leher ke atas.
Dan Barat pun digila oleh akalnya. Khayalnya telah miskin. Maka pecah berderai pulalah dia dalam bentuk yang lain. Disembahnya buatan tangan sendiri, disembahnya kekuatan akalnya, dimegahkannya hasil tangannya lalu diadunya kepadanya dengan tembok. Lalu dibunuhnya saudaranya dengan hasil akalnya. Berpisahlah dua negeri yang telah miskin.
Orang Timur miskin karena khayalnya ditinggalkan akalnya. Ingatannya telah terpaling dari 'Kesatuan yang ada Yang mutlak' kepada 'maya' belaka. Membeku dan membantu maka tidak heran jika beratus tahun (di Timur) mereka dapat diperintah, diperbudak, dihisap darahnya oleh yang mempergunakan akal tadi.
Tetapi saudaraku! Ini hanya suatu 'insiden' kecil dalam perjalanan hidup yang masih lama. Karena walaupun kejadian demikian, namun khayal masih tempat akal menyerah. Kita mengaku, memang akal Barat telah menaklukkan kulit dari hidup Timur. Tetapi akal Barat belum dapat dan skali-kali tidak akan dapat menaklukkan khayal dalam kemegahan dan kebesarannya.
Seorang hamba akal dengan megah mendabik dada dan berkata kepada Buddha Gautama, "Hai Sakiamuni! Tidakkah engkau tahu bahawasanya dengan alat baru yang kami peroleh, kami telah dapat mengetahui rahasia puncak gunung kemegahanmu, yaitu Himalaya? Bahkan puncak yang tertinggi sekali, yaitu Everest?" Dengan senyum Buddha Gautama akan menjawab, "Lanjutkanlah perjalananmu ke puncak gunung Nirwana tanpa mempunyai tangga kecuali khayalmu. Dari sana akan dapat kamu lihat 'rahsia' dari 'Yang Ada!'.
Datang lagi yang lain dan berkata kepada Musa, "Alat-alat kami yang baru telah dapat menangkap suara bagaimanapun juga jauhnya." Musa menjawab dengan senyum, "Sumber dari segenap suara itu telah ku dengar ketika aku berada di puncak Tursina."
Kepada Isa al-Masih mereka berkata pula, "Alat pengobatan yang terbaru telah kami peroleh untuk mengobati penyakit yang berbahaya. Dengan senyum pula al-Masih menjawab, "Ilmu penerbangan telah maju dan perhubungan jarak antara satu tempat dengan tempat yang lain dewasa ini telah dapat dilalui dengan tempo yang singkat sekali ya Muhammad Rasulullah!"
Dengan senyum pula Muhammad menjawab, "Dan aku melintasi alam cakerawala, melalui bintang-bintang sampai langit pangkat ke tujuh dan Sidratul Muntaha hanya dalam beberapa saat."
Dengan serentak Buddha, Musa, Isa, Muhammad dan lain-lain mengemukakan satu pertanyaan, tetapi semuanya tidak dapat menjawab karena semuanya terikat oleh akalnya, tetapi dingin khayalannya; "dan sudahkah tuan mendapat alat baru untuk menghubungkan tuan secara langsung dengan sumber tenaga dari segala yang ada?" Dan aku tidak benci melihat mereka terdiam, sebab diam mereka itu adalah suatu pengakuan yang nyata atas "mesti adanya khayal menuntun akal."
Pertentangan karena perselisihan pendapat dengan sendirinya akan hilang. Dan kejadian-kejadian berturut dalam sejarah, menginsafkan Barat dalam kemiskinannya. Dia mengenal Sphinx hanya sekadar ekornya dan mengenal Garuda hanya sekadar paruhnya. Mereka tidak faham ke mana ia terbang dengan sayapnya itu. Itulah sebabnya maka kemajuan Barat itu dalam bentuknya yang selama ini, hanya kemajuan yang cepat sekali menuju keruntuhan.
Memperkaya syahwat tubuh dan berjuang mengejarnya dengan membunuh kawan. Bertambah cepat tamadun dan kemajuan, bertambah banyak orang yang miskin. Memenuhi perut beberapa orang buat mengosongkan perut bermiliyun-miliyun orang. Telah didapat obat untuk memanjangkan umur, supaya lebih lama hidup di dunia untuk menderita kekosongan batin.
Memperdekat hubungan antara benua dengan benua yang lain, supaya hati bertambah berjauhan kerana penuntunnya hanyalah akal sedang akal itu tetap bodoh. Tujuan ialah mempermudahkan hidup, mengaspal jalan raya supaya cepat menghancurkan negeri musuh. Padahal yang dikatakan musuh itu ialah saudaranya sendiri.
Meramaikan rumah-rumah tontonan, buat memecah ruang tangga. Berjuang untuk mengurangi jam bekerja, supaya lebih panjang waktu untuk pelesir dan kecabulan. Akhirnya membunuh kawan dan membunuh diri sendiri, karena bosan hidup. Berperang buat berdamai dan buat berperang lagi. Pendeknya suatu perdamaian hanyalah suatu pengasoan untuk melanjutkan perang. Dan di saat ini terjadi "Air gadang batu bersibak."
Yang satu ditonton oleh kesombongan dan ketakburan dan yang lain ditonton oleh hati dengki dan kebencian. Berlomba mempermodern alat pembunuh, sedang yang diperebutkan hanya satu iaitu roti.
Seorang bertanya, "bukankah agama Kristen yang memancarkan cahayanya dari Timur dan penuh dengan khayal itu telah dipakai oleh bangsa Barat?" Jawabnya, "memang telah dipakainya laksana memakai sehelai baju. Padahal agama itu bukanlah suatu pakaian seperti baju melainkan pakaian hati. Sebab itu, manakala dirinya telah berasa kepanasan "baju itu pun ditanggalkannya."
Datang pula pertanyaan, "bukankah agama Islam telah tersiar amat luas di Timur dan telah masuk ke dalam masyarakat Timur seluruhnya, hingga ke Tiongkok ataupun India? Bukankah agama itu menyuruh mengutamakan akal?" "Memang agama yang dibawa oleh Muhammad itu telah tersiar di Timur dan memang Baginda menyuruh merangkaikan akal dengan khayal. Tetapi sudah berapa abad lamanya agama itu telah tinggal rangka belaka. Dia telah seperti 'anak dagang' dalam negeri sendiri.
Sehingga dari dalam masjid sendiri pun, dia telah pernah diusir. Sebanyak 360 buah berhala telah dihancurkan oleh Muhammad dari keliling Kaabah tetapi umat yang mengakui jadi pengikut dengan diam-diam telah mendirikan berhala yang lain di mana lebih banyak dari 360 buah. Mungkin 3,600 buah atau lebih banyak dari itu.
Mereka telah pergi meminta kurnia dan perlindungan dari kuburan. Dahulu Muhammad menyuruh umatnya menziarahi kuburan siapapun dari umat Islam dan menyuruh menghadiahkan doa untuk orang berkubur di kuburan itu supaya dia dilapangkan Allah di akhirat. Tetapi sebaliknya sekarang umatnya telah memohonkan apa-apa yang dihajatinya kepada orang yang telah mati itu yang seharusnya dihadiahi doa itu.
Oleh Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)
Dipetik dari majalah Milenia Muslim isu Oktober 2007 Thn 5 Bil. 62