Ahad, 18 November 2007

Kembalikan Barat dan Timur di landasan iman



"Jangan terlalu berkhayal!"

Sanggah seorang pemuda.

"Barat telah datang dengan serba serbi kekuatannya, tekniknya, senjatanya, meriamnya, kapal terbang dan kapal udaranya dan foto-foto telanjang dari bintang filemnya. Bahkan juga serentak, serempak dengan itu, mereka pun telah mengirimkan missie dan zending untuk membuka mata Timur kepada kebenaran. Kalbu Timur hendak maju dan setaraf dengan mereka. Kekerasan harus dilawan dengan kekerasan. Imbangan kekuatan hanyalah kekuatan pula!"

"Tidak!" jawabku. "Bila mana kekerasan dilawan dengan kekerasan adalah mengadu batu dengan batu. Kedua-duanya akan habis musnah. Apabila kekerasan telah dilawan dengan kekerasan, kedua-duanya akan hancur. Yang menang jadi bara yang kalah jadi abu. Dan dendam kesumat ini tidak akan habis-habisnya di dunia ini."



Jepang telah mencoba melawan kekerasan, menentang Barat dengan senjata Barat. Akhirnya dia pun hancur. Tetapi siapakah yang berani mengatakan bahawasanya dengan kesumat tidak ada pada hati orang Jepang? Siapakah yang tahu, apakah yang tersembunyi di belakang senyum simpul "Dai Nippon" yang terkenal dengan 1001 arti itu?

Jalan satu-satunya hanyalah mengembalikan persatuan Barat dan Timur dalam daerah kemanusiaan yang luas. Isi mengisi dan bantu membantu menambah mana yang kurang. Keduanya sekarang, Barat dan Timur sama-sama dalam ditimpa sakit. Dan keduan-duanya harus berikhtiar mengobati diri masing-masing.

"Manakah sakitnya yang lebih teruk?" Untuk menjawab ini, haruslah dijelaskan batas di antara miskin dan kaya, di dalam artinya yang asli. Orang yang miskinlah orang yang ingin akan kejayaan. Tetapi ia tidak ada kesanggupan untuk mencapainya. Cita-cita di hati hendak memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Orang yang kaya ialah orang yang mempunyai genap kesanggupan, tapi tak mempunyai hajat dan keinginannya lagi.

Di samping keduanya itu ada lagi yang lebih teruk sakitnya, ialah orang yang fakir miskin, melarat. Yaitu orang yang kesanggupannya cukup dan syahwatnya pun keras pula, tetapi tidak mempunyai kekayaan khayal untuk mengungkung syahwat itu. Sebab itu ditempuhnyalah segenap usahanya buat mencapai maksudnya. Inilah orang yang semelaratnya dan inilah penyakit yang lebih teruk.

Setelah ini harus dipelajari pula perbedaan lemah dan kuat. Orang yang lemah ialah orang yang mungkin mencapai haknya dengan kekuatan. Sayang kekuatan belum cukup pula mempunyai khayal. Khayalnya senantiasa yang mutlak atau menolaknya, sekali kali bukanlah dengan pedang. Sebab itu mempergunakan pedang bagi mereka, adalah kelemahan yang telah sangat buntu karena gelap mata.

Siapakah orang itu?

Orang lemah yang sangat lemah, ialah orang yang mempunyai cukup kekuatan, tetapi tidak mempunyai pengetahuan dari ilham khayalnya, bahasanya "hak" dan "kebenaran" itu bukanlah yang dapat dirampas dengan meriam atau dipecahkan dengan kapak atau diselesaikan dengan bom atom.

Setelah melihat kaya dan miskin, dan miskin yang sangat lemah, setelah melihat perbandingan lemah dan kuat, dan lemah yang sangat lemah itu, dapatlah kiranya tuan membandingkan siapa di antara keduanya itu. Barat dan Timur yang telah teruk sakitnya.

Timur sekarang ini masih miskin. Tetapi Barat 100 kali lebih lemah.

Cobalah tuan rasakan sendiri, bagaimana tekanan batin seseorang yang terlalu banyak menumpahkan darah orang lain, sudah terlalu banyak berhutang, batinnya mulai berontak memberitahu, bahawa hutang mesti dibayar, piutang mesti diterima.

Dan bila kiranya hal itu akan habis, kalau sekiranya kekerasan dibalas dengan kekerasan?




Jangan dinantikan batu dengan batu! Sebab keduanya akan hancur. Jangan ditangkis kemegahan akal dengan kemegahan akal pula. Kedua-duanya sama akan bertemu jalan buntu. Barat telah bankrup karena tamadun yang semacam itu. Orang Timur tidak boleh menampak jejak orang yang pergi ke dalam kehancuran, tetapi berusahalah memegang tangannya dan membawanya naik. Pandanglah alam dari segi kesatuannya. Barat dan Timur, Utara dan Selatan adalah empat sudut dari satu alam. Kita dan dia adalah satu. Karena bercerailah kita keduanya menjadi lemah.

Jangan dilawan akal dengan akal, tetapi taklukkanlah akal dengan khayal. Jangan disambut yang keras dengan yang keras, sebab keduanya pasti binasa. Tetapi sambutlah dengan angin. Penat tangannya mencencang dan berhenti. Senang angin tidak akan luka di dadanya.

Memang, tamadun Barat belum berhenti mengalir masih banyak lekung yang akan diisinya, di Barat, di Utara dan di Selatan. Tetapi kekuatan itu akan patah setelah ia berani menentang cahaya Mentari khayal Timur. Mulanya tentu dia akan murka dengan garangnya. Lantaran murka dia menjadi gelap mata. Sia-sia menjaring angin terasa ada dapat tidak. Akhirnya dia pun mengaku berputus asa.

Maka tampillah ke muka hai Timur! Bubutkan saputangan dari sakumu dan sekalah keringatnya yang mengalir di dahinya. Hapuslah darah yang mengalir dari mulutnya. Dia pada hakikatnya adalah temanmu. Kalau dia binasa, engkau pun akan binasa pula....!

Oleh Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)

Dipetik dari majalah Milenia Muslim November 2007 Tahun 5 Bil 63